Sejarah Gerbang Betawi

oleh

Jakarta, ibukota pertiwi yang kini menjadi sentral perkembangan negeri. Sejalan dengan dengan kemajuannya, kota metropolitan ini dihuni oleh berbagai suku bangsa dan agama termasuk suku Betawi dengan Jakarta sebagai kampung halamannya.

Pergerakan zaman terus terjadi di dalam segala aspek kehidupan. Masyarakat Betawi umumnya, kini belum memiliki kompetensi yang dinilai baik dalam persaingan disegala aspek kehidupan baik aspek ekonomi, politik, sosial dan aspek-aspek lain. Kurangnya kemampuan ekonomi, menjadi salah satu faktor penyebab tertinggalnya masyarakat Betawi di dalam persaingan ibukota.

Faktor lain dari penyebab ketertinggalannya juga pada mindset masyarakatnya. Paradigma kawula muda Betawi yang malas dan belum memiliki kesadaran berpendidikan tinggi juga perlu dikikis.
Gerakan Kebangkitan Betawi yang disingkat Gerbang Betawi adalah gerakan moral, intelektual, dan profesional. Gerakan ini diharapkan berfungsi sebagai agen perubahan (agent of change) atas pola pikir (mindset), perilaku (attitude), dan pola rasa (spiritualisme) masyarakat Betawi menuju ke arah yang lebih baik.

Gerbang Betawi hadir untuk menjadi gerakan pemberdayaan masyarakat dalam tiga pilar yaitu ekonomi, pendidikan dan kebudayaan yang dibingkai dalam keislaman, dengan harapan dapat membawa pengaruh positif dan membawa perubahan masyarakat terutama masyarakat Betawi.
Gerbang Betawi adalah organisasi pemberdayaan umat, meliputi: Ekonomi, SDM Betawi dan Kebudayaan bagi masyarakat Betawi dimanapun berada. Meski demikian Gerbang Betawi akan senantiasa mengikuti perkembangan politik dan isu kekinian. Politik Gerbang Betawi bukan politik praktis, tapi lebih kepada kemuliaan agama dan semangat kebetawian.

Awalnya, Gerakan Kebangkitan Betawi (Gerbang Betawi) terbentuk karena diinisiasi oleh mantan-mantan anggota Keluarga besar Mahasiswa Betawi (KMB), anggota group Whatsapp ”Betawi Kumpul” dengan jenjang pendidikan minimal strata 1, dr. Ashari serta sejumlah profesional Betawi lainnya.
Gerbang Betawi diresmikan pada 29 Oktober 2017 di Pusat Kebudayaan Betawi (Gedung Eks Kodim), Jl. Raya Bekasi Timur No.76 Jatinegara, Jakarta Timur. Pencanangan ini berbarengan dengan kegiatan Festival Keriaan Betawi.

Transformasi Kebangsaan

Kaum Betawi bagian tak terpisahkan dalam proses perjuangan kebangsaan yang berperan dalam pembangunan dan perubahan bangsa Indonesia: dulu, kini, dan di masa datang.

Kaum Betawi merupakan kaum yang tidak pernah lelah dan berhenti berkontribusi mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dihidupkan oleh semangat kebangsaan: Negara Adil Makmur dalam Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kaum Betawi selalu berupaya bermanfaat bagi masyarakat, nusa, dan bangsa Indonesia sepanjang masa, dengan kontribusi nyata dan bertanggungjawab.

Kaum Betawi pelopor transformasi kebangsaan, dengan prinsip-prinsip dasar:

  1. Berani, optimistis, dan egaliter menghadapi tantangan kemajuan zaman dalam mewujudkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
  2. Terampil dan tangkas mewujudkan sikap Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah, dan Akhlak Mulia;
  3. Aspiratif, Inspiratif, dan akseleratif mewujudkan harmoni ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an sebagai napas kehidupan kebangsaan;
  4. Waskita, cerdas, dan bernas berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pembangunan yang berkebudayaan dan beradab;
  5. Intensif mengembangkan aksi nyata menciptakan Generasi Muda berkualitas, memandu Indonesia mencapai kejayaannya di masa depan.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dengan rahmat dan hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala, kami, kaum Betawi terdidik, dengan semangat Satu Betawi, Satu Indonesia dan Satu Peradaban, menyatakan berdirinya Perkumpulan Gerakan Kebangkitan Betawi disingkat GERBANG BETAWI.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan seluruh ikhtiar perkumpulan ini dalam mewujudkan tujuannya.

Jakarta, 26 Oktober 2017

DEKLARASI GERAKAN KEBANGKITAN BETAWI

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

BETAWI tidak berhenti hanya sebagai kelompok etnis yang menjadi bagian integral kekayaan masyarakat – bangsa Indonesia.

Betawi juga merupakan dimensi budaya yang memberi aksentuasi dalam keseluruhan konteks kebudayaan Indonesia, yang di dalamnya terdapat anasir-anasir meliputi : bahasa, nilai-nilai, dan norma-norma kehidupan.

Bahasa Betawi tumbuh dan berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dan berbagai dialek serta istilah dalam bahasa Betawi, telah menjadi bagian dari istilah dan dialek dalam proses komunikasi sosial bagi masyarakat Nusantara.

Bahasa Betawi, selain merupakan sistem dan simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, termasuk bahasa tubuh dalam komunikasi dan pergaulan, serta frasa unik yang dipergunakan dalam dimensi ruang dan waktu kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks nilai, Betawi mencerminkan standar umum yang dipegang oleh masyarakat terhadap berbagai hal yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, penting dan tidak penting, serta benar dan salah, dapat diterapkan atau tak dapat dilaksanakan dalam suatu masyarakat.

Nilai-nilai Betawi menjadi sistem yang disepakati bersama dalam menentukan tolok ukur personal dan sosial di dalam masyarakat.

Nilai-nilai tersebut mencitrakan kepribadian utama dan ciri masyarakat Betawi, seperti :

  • Berani mengambil keputusan dan berani menghadapi berbagai tantangan, baik dalam makna harafiah maupun filosofis;
  • Egaliter dalam berinteraksi sosial di tengah pergaulan hidup sehari-hari, sehingga mampu bersikap toleran terhadap perbedaan;
  • Terbuka dan dapat berinteraksi dengan dinamika perkembangan masyarakat dan bangsa yang plural dan multikultural;
  • Agamis dan mempunyai komitmen religius terhadap nilai-nilai Islam yang diyakini secara menyeluruh, baik akidah, syariah, akhlak, dan muamalah;
  • Waskita atau tajam dalam menilik sesuatu karena mempunyai kecerdasan lokal yang terbangun oleh interaksi lingkungan sosial yang karib dan lingkungan alam yang cepat berubah;
  • Integritas dilandasi kepercayaan diri yang kuat karena terbentuk oleh berbagai bentuk tantangan kehidupan yang kompleks.

Betawi juga merupakan ekspresi norma kehidupan yang dipegang sebagai pedoman dalam menentukan kepatutan dan ketidakpatutan, kelayakan dan ketidaklayakan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Baik di dalam lingkungan keluarga, komunitas, dan lingkungan sosial lainnya. Terutama karena adat istiadat, kebiasaan, dan pendidikan agama di dalam keluarga.

Dalam hal norma, masyarakat Betawi dapat dikenali oleh perilaku individu dalam berinteraksi sosial di dalam keluarga dan masyarakat sehari-hari, baik secara fungsional maupun hirarkial.

Norma Betawi antara lain menjelma dalam adab, pekerti, tata krama, sopan santun dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Antara lain tercermin dalam penggunakan bahasa sehari-hari. “Tanpa adab yang baik, bukanlah Betawi.”

Atas dasar pandangan demikian, dalam proses perubahan dan perkembangan masyarakat, negara dan bangsa, dengan cara berfikir – bersikap – bertindak yang memengaruhinya, Betawi mempunyai daya besar dalam melakukan proses perubahan transformatif.

Kendati demikian dalam proses perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran nilai-nilai Betawi yang memengaruhi peran masyarakat Betawi sebagai bagian inti proses perubahan bangsa Indonesia.
Terkait transformasi kebangsaan itulah dipandang perlu menggerakkan transformasi masyarakat Betawi untuk menciptakan kondisi dan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik kini dan di masa depan.

Selaras dengan itulah diperlukan Gerakan Kebangkitan Betawi atau disingkat Gerbang Betawi, sesuai dengan citra dan ciri masyarakat Betawi.

Gerakan Kebangkitan Betawi dilandasi oleh 6 Prinsip Moral sebagai berikut:

  1. Berkeyakinan penuh terhadap Islam sebagai jalan hidup utama untuk mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan sesuai Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945.
  2. Etos kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas sebagai manifestasi kualitas pribadi yang terpercaya, benar, cerdas, dan komunikatif (mau dan mampu berinteraksi serta bekerjasama dengan siapapun yang sejalan dan satu tujuan).
  3. Terampil dalam melahirkan, mengelola, dan melaksanakan gagasan dengan terus menerus mengembangkan daya cipta (kreativitas, inovasi, dan invensi) di berbagai bidang dan aspek kehidupan.
  4. Akhlak dan kepribadian Betawi merupakan pertanda utama dalam melakukan proses perubahan yang mencerminkan kejelasan (transparan), kebertanggungjawaban (akuntabel), tanggungjawab (responsibel), kemandirian (independen), dan kewajaran (fair).
  5. Warisan leluhur masyarakat Betawi diwujudkan dalam wujud jiwa besar dan sportif dalam bermusyawarah dan bermufakat.
  6. Indonesia merupakan tanah air yang harus diperjuangkan dan dipertahankan kedaulatan, keutuhan, kemajuan, dan marwahnya oleh masyarakat Betawi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Gerakan Kebangkitan Betawi dibentuk untuk mencapai tujuan :
Terwujudnya masyarakat Betawi terdidik dan terampil yang Islami dan cinta tanah air Indonesia, berakhlak mulia, adil serta amanah dalam mengemban tugas dan tanggungjawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, secara periodik ditetapkan Strategi Utama meliputi visi, misi, rencana induk, program, dan aksi operasional organisasi sekurang-kurangnya untuk masa pencapaian satu dasawarsa (sepuluh tahun).