Nasi Uduk Betawi: Kuliner yang Dinanti dan Dicari

Oleh: Murodi al-Batawi

Mungkn bagi yang belum pernah merasakan nikmatnya menyantap Nasi Uduk Betawi, tidak akan pernah merasakan indahnya hidup berdampingan dengan komunitas etnis masyarakat Betawi.

Terlebih, menyantap Nasi Uduk Betawi dipadukan dengan semur, entah semur jengkol, semur kentang, semur tahu tempe atau telur. Semakin nikmat rasanya bila menggunakan sambel kacang yang dibuat secara khusus pakai cuka buatan sendiri. Cuka ini dibuat dari air kelapa yang dpermentasikan selama dua sampai tiga hari di dalam botol yang sudah dicampur sedikit garam dan cabai merah.

Nasi uduk atau di daerah Sumatera, dan di negeri jiran, Malaysia dan Singapore, dikenal dengan sebutan Nasi Lamak ( Nasi Gurih). Meskipun begitu, rasanya tidak selezat Nasi Uduk Betawi. Hambar rasanya. Begitu juga Nasi Uduk dari daerah di luar Betawi, kurang seenak Nasi Uduk dari Betawi.

Meski dalam catatan sejarah kuliner Indonesia, Nasi Uduk Betawi berawal dari tradisi Jawa (1628) dan Melayu (1511) yang dibawa dan diperkenalkan kepada penduduk Betawi. Bagi yang pernah menikmati Nasi Uduk Betawi yang diolah menggunakan banyak rempah, ketika memakan Nasi Uduk Non Betawi, pasti akan merasakan perbedaan.

Ada rasa gurih dan lezat, karena menggunakan bahan yang cukup kaya, seperti santan, sereh, jahe, daun salam, dan lain-lain. Dan saat menyantapnya ada tambahan menu favorit; seperti semur jengkol. Bagi orang Betawi, kalau memasak Nasi Uduk, tidak menggunakan beras terlalu pulen. Cukup beras biasa ditambah santan yang banyak untuk memisahkan beras agar nasi tidak lembek dan menyatu.

“Nasi Uduk Betawi: Sejarah dan interaksi sosial Betawi-Jawa dan Melayu.”

Konon ceritanya, Nasi Uduk Betawi merupakan hasil dari perpaduan antara tradisi kuliner Jawa dan kuliner Melayu. Dahulu, pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram, ia sering menyantap masakan khas dari Arab dan India yang disebut dengan Nasi Kabuli dan Nasi Biryani.

Karena kesukaannya pada jenis kuliner tersebut, pada saat krisis, menurut Babat Tanah Jawi, sultan memerintahkan pada juru masak abdi dalem, mencarikan bahan rempah lokal sebagai pengganti bahan rempah import yang sangat mahal dan susah didapat.

Karena itu, setelah mencari dan menemukan pengganti bahan rempah dari luar, para juru masak memasak nasi dengan bahan rempah tersebut. Alhasil, memasak nasi dengan rempah lokal dirasakan lebih nikmat ketimbang bahan yang harus didatangkan dari India atau dari negeri Arab.

Kemudian Nasi hasil masakan para juru masak abdi dalem diberi nama Sega Uduk atau Nasi Uduk. Ssjak saat itu, nasi uduk menjadi masakan kuliner masyarakat Jawa. Bahkan menjadi masakan khas sebagai syarat mengadakan upacara Selametan, acara adat menjelang panen (wiwitan) dan lain-lain.

Kemudian pada 1628, Kuliner Nasi Uduk diperkenakan ke masyarakat Betawi oleh orang Jawa Mataram tang tinggal dan menetap di Berawi. Sejak saat itu, masyarakat Betawi menyukai masakan tersrbut dengan memadukan rempah baru, seperti penambahan jahe, daun salam, sereh dan daun jeruk, dengan pemberisn santan yang banyak, sehingga citarasa Nasi Uduk Betawi jauh berbeda dengan Sega Uduk Jawa.

Versi lain mengatakan bahwa Nasi Uduk Betawi merupakan hasil akulturasi budaya kuliner Melayu, seperti Melayu Sumatera, Sulawesi, Malaysia dan Singapore. Dahulu, Betawi dengan Bandar Sunda Kalapa, mampu menarik perhatian para saudagar dan pelancong dari masyarakat Melayu.

Mereka berdatangan ke Betawi, tidak hanya untuk berdagang, tapi juga banyak kemudian bersosialisasi atau berasimilasi dengan penduduk masyarakat Betawi. Bahkan karena banyak suku bangsa Melayu yang ada di Betawi, maka ketika J.P.Z.Coon menjadi pejabat Gubernur Jenderal Batavia pada 1528, yang melskukan oenataaan permukiman penduduk pribumi, dibangunkan juga perkamoungan yang kemudian terkenal dengan sebutan Kampung Melayu.

Jadi, ketika mereka bersosialisasi dengan masyarakat lainnya, termasuk masyarakst Betawi, mereka menperkenalkan salah satu masakan atau kuliner khas mereka, yaitu Nasi Lamak atau Nasi Gurih. Hanya saja, masyarakat Betawi ketika mencicipi kiliner tersebut, madih kurang enak.

Karenanya, masyarakat Betawi kemudian menambahkan rempah terbaik yang dapat menambsh citarasa masakan Nasi Uduk, yaitu santan lebih banyak, jahe, sereh digeprek, daun salam dan daun jeruk. Di samping itu, cara memasakpun berbeda. Beras yang tidak pulen ficuci dan fimadsk di stas kukusan setengah mstang, aron.

Kemudian aron ditaruh di baskom atau panci besar, kemudian disiram sir psbas yang diambil dari air panas di dandang yang digunakan untuk memasak. Seteksh diaduk dengan santan, maka beras tersebut dimasukan ke kukusan kembali dan fitaruh lagi fi atas Dandang atau Seeng, kata orang Sunda. Ditunggu beberspa saat, serelah matang kemufian diangkat.

Setelah dianggap cukup massk, nasi diangkat dan siap untuk dikonsumsi. Mengonsumsi Nasi Uduk Berawi akan terasa lebih Nikmat jika ditambah jenis nasakan lain; seperti semur daging, semur jengkol, semur telor, semur tahu, semur tempe, ditambah toping emping goreng, bawang goreng dan sambal kacang. Mungkin tambahan rempah dan topingnya itu yang membuat Nasi Uduk Betawi memiliki citarass berbeda dan khas bila dibandingkan dengan Nasi Uduk dari Jawa atau Nasi Lamak dari Melayu. Wallahu ‘alam bi murodihi. [Odie].

Pamulang, 02 Mei 2024.
Murodi al-Batawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *