Oleh:Murodi al-Batawi
“ Hai manusia, hormati ibumu yang melahirkan dan membesarkanmu. Darah dagingmu dari air susunya. Jiwa ragamu dari kasih sayangnya”.
Itulah sepenggal lirik lagu Keramat Berjalan, yang diciptakan Rhoma Irama. lirik lagunya menyentuh kalbu, karena membangkitkan emosi dan perasaan sayang dan hormat pada perjuangan dan pengorbanan seorang ibu untuk anak-anaknya.
Perempuan dalam Sejarah
Tercatst dalam sejarah Indonesia, banyak para ibu dan kaum perempuan pada umumnya yang begitu rela berjuang mengorbankan jiwa raganya untuk merebut kemerdekaan dari penjajah. Bahkan mereka juga rela berjuang mempertahankan NKRI dari perpecahan. Karena itu, tercatat dalam sejarah bahwa pada tanggal 22-25 Desember 1959, Perkumpulan Kaum Perempuan dan para pejuang perempuan mengadakan Kongres Kaum Perempuan I di Yogyakarta. Mereka bersepakat untuk meningkatkan derajat dan peran kaum perempuan, karena selama itu, mereka juga telah banyak bereperan dalam proses perjuangan memerdekakan NKRI dan mempertahankannya. Banyak di antara mereka yang gugur dan menjadi pahlawan. Banyak pula yang menjadi tokoh nasional, seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia, R.Rasuna Said, Dewi Sartika, RA. Kartini dan lain-lain. Mereka, selain sebagai seorang perempuan, juga seorang ibu yang telah berjuang, selain untuk diri, anak-anak dan keluarga, juga berjuang untuk kemerdekaan dan pembebasan dari politik kekuasaan penjajah.
Pada saat Kongres Kaum Perempuan I di Yogyakarta dan dihadiri oleh para pendekar perempuan, di antaranya adalah Ny. RA. Soedjiman, Ny.Ali Sastroamodjojo, dan lain-lain. Dari hasil kongres itulah kemudian presiden menetapkan lewat Dekrit Nomor 316 Tahun 1959. sebagai Hari Ibu Nasional. Sejak saat itu, pada setiap tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Dalam memperingatinya, biasanya Suami dan anak-anak selalu memberikan hadiah kesukaan ibunya, selain berdo’a bersama agar ibunya diberikan kesehatan dan afiat, sehingga mereka bisa selalu berkumpul bersama. Bahkan banyak juga ibu diberikan hadiah berupa liburan ke luar kota, ke luar negeri, seperti ke Eropa, Amerika, bahkan kebanyakan anak muda Muslim sekarang memberikan hadiah berupa Umrah sekeluarga mengajak ibu bapaknya. Mereka sangat berterima kasih karena sudah dilahirkan, dibesarkan dan dididik hingga mereka menjadi anak yang sukses. Itu bagi keluarga sukses. Bagaimana mereka yang berasal dari keluarga biasa saja atau bahkan dari keluarga yang miskin…? Pastinya mereka punya cara tersendiri untuk memperingati Hari Ibu Nasional dengan hadiah yang mereka akan berikan, selain hadiah berupa do’a terbaik untuk sang ibunda tercinta.
Posisi Ibu Dalam Pandangan Islam
Dalam satu hadits disebutkan bahwa ibu menempati posisi tertinggi dalam ajaran Islam, bahkan tiga kali disebut, karena Islam menempatkan ibu sangat terhormat dan mulia. Ibu adalah posisi yang sangat bergengsi dan penuh limpahan pahala.
Karena begitu bergengsinya kedudukan seorang ibu, sampai ada seorang sahabat bertanya pada Nabi Muhammad saw tentang orang yang perlu dihormati dengan sangat mulia. Beliau menjawab seperti hadits yanga di bawah ini.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Seseorang datang kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.” (HR Bukhari).
Dalam konteks ini Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadis tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata “ibu” sebanyak tiga kali, sedangkan kata ayah hanya satu kali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang ibu mengalami tiga kesulitan yang dia hadapi. Pertama, Kesulitan pada saat mengandung, kesulitan saat melahirkan. Ketiga, kesulitan saat menyusui dan membesarkan anak-anaknya. Karenanya, sebagai seorang anak, harus menghargai dan menghormat ibunya dan jangan sesekali durhaka pada seorang ibu (Tafsir Al-Qurthubi X: 239).
Menurut Ar-Razi, “Seorang ibu mengalami tiga fase kepayahan, mulai dari fase kehamilan, kemudian melahirkan, lalu menyusui. Oleh karena itu, ibu berhak mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.” Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah.
Menurut Ibnu Bathal, sebagaimana dikutip dalam Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Asqalani, hal ini berdasarkan firman Allah dalam surah Luqman ayat 14,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS Lukman: 14).
Dalam ayat tersebut, Allah Taala menyamaratakan antara ibu dan ayah dalam hal mendapatkan bakti dari anaknya, kemudian Allah menyebutkan khusus ketiga tahap yang dialami oleh seorang Ibu. Lantas, apa saja ketiga tahap tersebut? Beliau menuturkan bahwa tiga tahap yang dimaksud adalah kesulitan seorang ibu pada saat mengandung, melahirkan, dan menyusui. Ketiga tahapan inilah yang hanya dirasakan oleh seorang ibu.
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliau berkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
“Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu dari putingnya dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu daripada dirinya serta makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu. (Kartinah Taheer: Muslim News).
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu pada saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Berat rasanya atasmu memeliharanya, padahal itu adalah urusan yang mudah. Engkau kira ibumu ada di sisimu selamanya dan umurnya akan panjang, padahal umurnya pendek. Engkau tinggalkan dia, padahal dia tidak punya penolong selainmu. Sedangkan Allah telah melarangmu berkata, “ah” dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut. Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu. Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin. Akan dikatakan kepadanya.
“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS Al-Hajj: 10). (Imam Adz-Dzahabi, Al-Kabaair hlm. 53—54). (KartinahTaheer. Muslimah News).
Demikianlah Islam memposisikan mulia kedudukan seorang ibu dibandingkan ayah. Ada tiga fase yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang ayah, sehebat apa pun dia, yakni mengandung, melahirkan, dan menyusui. Semua perangkat untuk menjalankan aktivitas itu ada pada seorang ibu. Ketika mengandung selama sembilan bulan, seorang ibu harus menjaga kondisi bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga janin yang dikandungnya. Dilanjutkan dengan perjuangan melahirkan yang mempertaruhkan nyawa demi anak yang dilahirkannya. Tidak berhenti sampai di situ, seorang ibu akan menyusui anaknya hingga dua tahun, juga merawat dan mendidiknya. Oleh karena itulah, Rasulullah sampai mengulang tiga kali bakti seorang anak terhadap ibunya. (Kartinah Taheer).
Oleh karenanya, suatu hal yang aneh jika karena tiga fase itu kaum feminis menganggap Islam mendiskriminasi perempuan. Bahkan peran mulia seorang ibu dianggap peran marginal. Bukankah pahala berlipat ganda diberikan pada perempuan, khususnya seorang ibu? Apa yang lebih berharga bagi seorang muslim selain pahala dari Allah?
Seorang ibu akan tetap bertahan hidup sendiri, menjadi Single Mother, untuk menghidupi anak-anaknya bila suaminya wafat atau bercerai. Hal berbeda jika suami ditinggal isteri, ibu dari anak-anak mereka, sang suami akan menikah lagi dengan berbagai alasan. Posisi ibu tidak akan tergantikan bagi anak-anak yang mendapat ibu sambung. Ibu akan berjuang demi menghidupi anak-anak mereka.
Jadi, berapapun tinggi jabatan dan kedudukan seorang ayah di masyarakat, tetap posisi seorang ibu tidak akan pernah tergantikan. Selain yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits dan al-Qur’an di atas, ada kehebatan lain yang dimiliki seirang ibu, mampu menjadi single parents untuk menghidupi dan membiayai anak-anak mereka sampai anak mereka dewasa dan sukses dalam kehidupan di dunia dan sukses serta selamat di akhirat. Karena itu, Allah akan murka jika ada anak yang durhaka dengan ibunya. Bahkan tidak akan masuk ke surgaNya Allah SWT.
Ibu Pintu Surga dan Ayah Kuncinya
Jika ada hadits yang menyebutkan bahwa Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Itu mengisyaratkan bahwa ibu adalah pintu surga. Semua anak wajib patuh dan hormat pada ibu, jika ia ingin masuk surga. Karena ibu diibartakan sebagai pintu surga, maka semua anak jika ingin masuk surga harus melewati pintu itu terlebih dahulu. Dia tidak akan bisa masuk kalau tidak melalui pintu itu. Kalau ingin melewatinya, harus memiliki cara agar bisa melewatinya. Caranya harus menghormati dan tidak durhaka pada seorang ibu. Jika itu dilakukan dengan baik, maka dia akan mudah melewati pintu dan masuk ke dalamnya.
Pertanyaanya kemudian jika ibu diibaratkan sebagai pintu surga, di mana peran dan posisi ayah…? Seorang ayah juga punya peran dan posisi strategis dalam ajaran Islam. Jika ibu diibaratkan sebagai pintu surga, maka seorang ayah diposisikan sebagai kunci pintu surga. Artinya, seorang ayah juga wajib dihormati dan dipatuhi serta tidak boleh durhaka. Karena seorang ayah adalah kepala keluarga yang berjewajiban mencari nafkah untuk kebutuhan menghidupi anak isteri. Dia bekerja berkeringat di sawah, ladang, perkebunan atau di proyek, bahkan ia rela bekerja lembur atau mencari tambahan pendapatan sepulang kerja serta baru pulang hingga larut malam ketika anak-anaknya sudah tidur. Berangkat kerja pagi sekali ketika anak-anak belum bangun. Begitulah perjuang seorang ayah, bekerja mencari penghasil untuk menghidupi anak isterinya.
Meskipun posisinya tidak sehebat seorang ibu, seorang ayah juga punya posisi penting dalam ajaran Islam. Keduanya dalam ajaran Islam sering disebut الوالدين (al-Walidain), kedua orang tua yang melahirkan anak-anak mereka. Sekali lagi yang ingin saya katakan, jika ibu adalah pintu surga, maka seorang ayah adalah kuncinya. Keduanya kita wajib menjaga dan berbakti pada mereka berdua. Jika ingin hidup berkah, bahagia, sukses dan selamst Dunia Akhirat. Jagalah kedua orang dengan baik.
Minta do’a dari mereka berdua. Karena do’a kedua orang tua, menjadi jalan mulus untuk memasuki pintu surga. Karena do’a mereka berdua, seperti do’a para nabi untuk umatnya. Diijabah. Seperti ada hadits yang menyatakan”
دعاء الوالد لولده كدعاء النبي لأمته”
Karena itu, jangan pernah membantah atau kasar pada ibumu. Sebab perbuatan itu lebih menyakitkan daripada saat melahirkan. Jasa ibu tak terbalaska. Jasa ayah tak terbayarkan. Jangan pernah bosan dengan nasehatnya.
Peran ibu dalam pembangunan
Dalam tradisi Islam ada hadita atau pepatah yang mengatakan bahwa perempuan itu adalah ibarat tiang negara.
المرءة عماد الدولة”. Karena itu, jika tiang negara ini tidak diperhatikan, dikasih peran, dijaga, dirawat dan diajak berpartisipasi dalam pembangunan negara, maka bukan tidak mungkin sebuah negara akan runtuh dan lenyap ditelan bumi.
Seperti diketahui dalam catatan sejarah di indonesia bahkan di dunia, para ibu telah banyak memainkan perannya, baik di bidang politik, pendidikan, kesehatan, perekonomian, sosial budaya dan lain sebagainya. Karena itu, di zaman sekarang tidak relevan lagi mempertanyakan peran dan kontribusi para ibu, karena sudah sangat jelas dan konkret peran yang telah mereka mainkan dalam proses pembangunan di tanah air. Bahkan pernah seorang ibu tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi menjadi orang nomor satu di Indonesia. Tidak hanya menjadi menteri, anggota parlemen dan lain sebagainya. Hal itu karena peran yang mereka mainkan secara apik.
Untuk mengenang dan menghormati peran para ibu, mari kuta tundukkan kepala sembari membaca do’a dan kiriman surat al-fatihah semoga mereka menjadi ahli surga.
Aamiiinnn….
SELAMAT HARI IBU NASIONAL UNTUK PARA IBU YANG HEBAT.
Demikian,
Wassalam,
Pamulang, 22 Desember 2024
Murodi al-Batawi