Oleh : Murodi al-Batawi
Kerak telor merupakan salah satu kuliner khas Betawi. Kudapan ini muncul dari hasil uji coba masyarakat Betawi Menteng pada 1920-an. Berawal dari keinginan masyarakat Betawi untuk membuat omlet dicamur rempah-rempah, jadilah ia kudapan yang kemudian disebut “Kerak Telor”. Disebut begitu karena cara pembuatan dan bahan yang yang dipai cukup unik. Bahannya terbuat dari beras ketan yang sudah direndam dan dicampur dengan telur. Telur yang dipergunakan ada dua jenis, telur ayam dan telur bebek. Jika telur sudah ditaruh di wajan, maka kemudian beras ketan dicampur dan diadukbditambah dengan serundeng. Kemudian dipanggang di kompor arang yang sudah menyala. Tidak berapa lama, kerak telorpun matang dan bisa langsung dimakan selagi hangat.
Dahulu, saat ujicoba pembuatan kudapan ini, masyarakat Betawi Menteng, juga merasa heran. Padahal awalnya mereka hanya ingin membuat omlet telor pakai rempah dengan toping serundeng yang dicampur dan diaduk sampai merata. Langsung dibakar di arang menyala dengan wajan terbalik. Hasilnya di luar dugaan mereka. Ternyata hasilnya melebihi ekpektasi mereka. Mereka hanya ingin meniru kebiasaan orang Belanda yang suka makan omlet.
Untuk itu mereka menirunya ditambah dengan serundeng yang terbuat dari ampas kelapa. Penambahan ampas kelapa, yang memang banyak terdapat pohon kelapa di daerah Menteng, semakin menambah keunikan kudapan ini.
Sejak saat itulah, 1920-an, Kerak Telor menjadi kudapan khas masyarakat Betawi.
Kerak Telor Betawi: Kudapan unik khas Betawi
Berawal dari keingin tahuan masyarakat Betawi Menteng dalam membuat kuliner, meniru kudapan Belanda, omlet, pada 1920-an, orang Betawi berhasil menciptakan kreasi baru model omlet, berupa Kerak Telor.
Kerak Telor mengalami masa transformasi dari model Kerak telor biasa, menjadi Kerak Telor kudapan istimewa, dengan menyiapkan telor Bebek. Kerak Telor Betawi asalnya cuma menggunakan telor ayam saja. Tapi dalam perkembangan berikutnya, banyak yang menawarkan mau pakai telor ayam atau telor bebek, dengan harga dan citarasa berbeda. Dan penggunaan telor bebek ternyata lebih gurih rasanya ketimbang telor syam, disamping harganya juga berbeda. Kerak telor menggunakan telor bebek agak sedikit lebih mahal daripada kerak telor berbahan telor ayam.
Pada zaman penjajahan Belanda, kudapan Kerak Telor hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kelas menengah di Betawi. Tapi setelah kemerdekaan, dibuatlah Kerak Telor dengan harga yang terjangkau masyarakat, sehingga masyarakat umum bisa merasakan nikmatnya makan kudapan Kerak Telor, khas Betawi.
Kemudian pada masa pemerintan Ali Sadikin, sekira tahun 1970-an, gubernur mefasilitasi para pedagang, yang semula berdagang di pinggir jalan, untuk berdagang di MONAS. Sejak sast itu, para pedagang diberikan fasilitas untuk menjajagan dagangannya tempat strategis, di hotel dan tempat-tempat hiburan.
Jadi, Kerak Telor yang dahulunya hanya dikonsumsi masyarakat tertentu dan pars pedagangnya berjualan di jalan-jalan, kemudian berubah menjadi kudapan masyarakat kebanyakan dan para pedagangnya bisa berjualan di tempat-tempat khusus, seperti pada saat HUT DKI Jakarta, di PRJ(Pejan Raya Jakarta) dan acara lainnya.
Sayangnya, sekarang, para pedagang kudapan khas Betawi ini, banyak yang hukan orang Betawi asli. Saya sering bertanya jika ada pedagang Kerak Telor, tentang sudah berapa lama menjual dagangan dan terakhir baru baru betanya asalnya dari daerah Betawi mana. Hampir dipastikan, dari 10 orang pedagang, hanya satu orang asli Betawi, sisanya dari Indramayu, Cirebon dan Bohor. Ini sangat menyedihkan dan sekaligus mengkhawatirkan, karena para penjual Kerak Telor bukan lagi orang Betawi asli. Kekhawatirannya, kudapan khas Betawi ini akan lenyap dari daftar kuliner Berawi dan akan diklaim sebagai kudapan dari daerah lain.
Karena itu, saran ssya, belilah kudapan Kerak Telor ini, sebagai perhatian dan kepedulian kita untuk mempertahankan kudapan khas Betawi ini,(Odie).
Pamulang, 23 April 2024
Murodi al-Batawi