Tradisi Ruwahan di Indonesia: Sebuah Warisan Budaya yang Kaya

Oleh : Murodi al-Batawi & Flori R. Sari al-Jawi

Meski bulan Sya’ban atau Bulan Ruwah dalam tradisi Kalender Jawa, segera berakhir, tapi masih banyak masyarakat Jawa dan sebagian non Jawa yang melakukan acara ritual tradisi Ruwahan. Karena itu, saya akan menulis secara singkat Tradisi Ruwahan.

Dalam Sejarah Islam Indonesia, khususnya Jawa, bulan Sya’ban sering juga disebut bulan Ruwah. Masyarakat Muslim Jawa dan sebagian masyarakat Indonesia lainnya, percaya bahwa pada bulan ini arwah para leluhur mereka akan datang kembali ke rumah untuk melihat anak cucu dan keturunan mereka. Untuk itu, masyarakat Jawa menyambut para arwah leluhur mereka dengan berbagai persiapan, seperti Selamatan atau kenduri dengan menyediakan berbagai panganan yang akan disajikan dalam acara ritual keagamaan. Kata Ruwah atau Ruwahan berasal dari kata Ruh atau bentuknya jamaknya Arwah, masyarakat Jawa menyebutnya Ruwah atau Ruwahan. Karenanya tradisi Selamatan di bulan Sya’ban dikenal juga dengan konsep atau istilah Bulan Ruwah. Dan acara tradisi yang mereka lakukan disebut dengan istilah Ruwahan.
Tradisi Ruwahan merupakan salah satu tradisi yang masih hidup dan berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya Jawa yang kaya dan memiliki makna yang mendalam.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang tradisi Ruwahan di Indonesia, mulai dari sejarah, makna, hingga cara pelaksanaannya.

Sejarah Tradisi Ruwahan

Tradisi Ruwahan memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Menurut catatan sejarah, tradisi Ruwahan telah ada sejak zaman Majapahit, Kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada di Indonesia, yaitu sekitar abad ke-14. Pada saat itu, Ruwahan merupakan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menghormati leluhur dan memohon perlindungan dari dewa-dewa.

Dalam perkembangannya, tradisi Ruwahan terus mengalami perkembangan dan dipengaruhi oleh agama Islam yang masuk ke Indonesia pada abad ke-15. Meski demikian, tradisi Ruwahan tetap dipertahankan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.

Makna Tradisi Ruwahan

Tradisi Ruwahan memiliki makna yang mendalam dan kompleks. Secara umum, Ruwahan merupakan ritual yang dilakukan untuk menghormati leluhur dan memohon perlindungan dari Tuhan. Dalam tradisi Ruwahan, masyarakat Jawa percaya bahwa leluhur mereka masih memiliki pengaruh dan peran dalam kehidupan mereka.

Selain itu, tradisi Ruwahan juga memiliki makna sosial dan budaya. Ruwahan merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk berkumpul, berbagi, dan memperkuat hubungan sosial. Dalam tradisi Ruwahan, masyarakat Jawa juga dapat mengekspresikan budaya dan tradisi mereka melalui musik, tarian, dan ritual lainnya.

Kemudian bagi sebagian masyarakat non Jawa yang masih melakukan tradisi Ruwahan, seperti masyarakat Betawi pinggir, trafidi Ruwahan diisi dengan pembacaar Surat al-Fatihan untuk dikirimkan buat arwah para leluhur dan saudara atau keluarga mereka yang sudah meninggal, kemudian diikuti dengan pembacaan Surat Yasin, zikir dan tahlil. Setelah itu, mereka menyantap hidangan yang tersedia dan ada juga yang membawanya pulang untuk dimakan bersama keluarag.

Cara Pelaksanaan Tradisi Ruwahan

Tradisi Ruwahan dilaksanakan dengan cara yang unik dan kompleks. Berikut adalah beberapa tahapan yang biasanya dilakukan dalam tradisi Ruwahan:

Sebelum pelaksanaan Ruwahan, masyarakat Jawa melakukan persiapan yang meliputi membersihkan tempat ritual, menyiapkan makanan dan minuman, serta mempersiapkan perlengkapan ritual lainnya.

Pembacaan Doa*: Pelaksanaan Ruwahan dimulai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh masyarakat.

Setelah pembacaan doa, dilakukan ritual yang meliputi pembakaran dupa, pembacaan mantra, dan penghormatan kepada leluhur.

Setelah ritual selesai, masyarakat Jawa berkumpul untuk menikmati makanan dan minuman yang telah disiapkan.

Pelaksanaan Ruwahan diakhiri dengan hiburan yang meliputi musik, tarian, dan permainan tradisional.

Dengan demikian, maka kita bisa memahami bahwa Tradisi Ruwahan adalah salah satu warisan budaya Jawa yang kaya dan memiliki makna yang mendalam. Dalam tradisi Ruwahan, masyarakat Jawa dapat menghormati leluhur, memohon perlindungan dari Tuhan, dan memperkuat hubungan sosial. Oleh karena itu, tradisi Ruwahan perlu dipertahankan dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.[Odie&FRs].

InsyaAllah artikel ini bermanfaat. Aamiiiinnn

Demikian dan Terima kasih.

Pamulang, 22 Februari 2025

Murodi al-Batawi & Flory R. Sari al-Jawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *