Tataran Sunda, yang sekarang dikenal sebagai Jawa Barat, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Pada abad ke-16, Islam mulai berkembang di Tataran Sunda, dan menjadi agama yang dominan di wilayah tersebut.
Tradisi ngabuburit di Tataran Sunda dipercaya berasal dari zaman Kesultanan Cirebon, yang berdiri pada abad ke-15. Pada saat itu, Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati, memerintahkan rakyatnya untuk melakukan kegiatan seperti berjalan-jalan, bermain, atau melakukan kegiatan lainnya untuk menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa.
Kemudian seiring berjalannya waktu, tradisi ngabuburit semakin berkembang dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tataran Sunda. Masyarakat mulai melakukan kegiatan seperti berjalan-jalan, bermain, atau melakukan kegiatan lainnya untuk menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa.
Karena tradisi ini berawal dari Kesultanan Cirebon yang sangat Islami, maka dapat dipastikan bahwa tradisi ngabuburit dipengaruhi oleh Islam itu sendiri. Karena Islam memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan tradisi ngabuburit di Tataran Sunda. Tradisi ini dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran agama dan memperkuat iman di masyarakat.
Selain itu, tradisi dan perkembangan ngabuburit tentu saja dimainkan oleh para ulama dan tokoh madyarakat Islam di Cirebon, khususnya, dan pada masyarakat Sunda unumnya.
Tokoh masyarakat, seperti ulama dan pemimpin adat, memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan tradisi ngabuburit di Tataran Sunda. Mereka mempromosikan tradisi ini sebagai cara untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat.
Makna Ngabuburit
Dalam bahasa Sunda, kata ngabuburit berasal dari kata bubur yang berarti “menjelang” atau “mendekati”. Dalam konteks ini, ngabuburit berarti “menjelang berbuka puasa” atau “mendekati waktu berbuka puasa”.
Sedang dari segi istilah, istilah ngabuburit merujuk pada kegiatan yang dilakukan menjelang berbuka puasa, seperti berjalan-jalan, bermain, atau melakukan kegiatan lainnya. Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan suasana hati yang gembira dan santai menjelang berbuka puasa.
Sementara dari aspek Budaya Sunda, ngabuburit memiliki makna yang lebih luas dan mendalam. Kegiatan ini dianggap sebagai bagian dari tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama. “Ngabuburit” juga dianggap sebagai cara untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat Sunda.
Sementara itu, ada yang nengatakan bahwa Ngabuburit dalam Budaya Sunda memiliki beberapa makna, seperti:
Ngabuburit dianggap sebagai cara untuk menghormati tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama. Kemudian juga sebagai salah satu cara untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat Sunda. Selain itu, Ngabuburit dianggap sebagai cara untuk menghibur diri dan melepaskan stres menjelang berbuka puasa.
Respons Masyarakat Sunda terhadap Tradisi Ngabuburit
Karera *Ngabuburit* sudah berlangsung sangat lama, dan kegiatan ini terwarisi secara turun temurun, maka ia sudah menjadi sebuah tradisi yang mengakar pada masyarakat Sunda, bahkan sudah dianggap sebagai sebuah budaya. Karena itu, terdapat respons dari masyarakat Sunda itu sendiri.
Berikut adalah respons tokoh adat dan tokoh agama tentang tradisi ngabuburit:
Respons Tokoh Adat dan Tokoh Agama
Tokoh adat Sunda, Jawa Barat, memiliki pandangan yang sangat positif tentang tradisi ngabuburit. Mereka menganggap ngabuburit sebagai bagian dari tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama.
“Ngabuburit adalah tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Sunda. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat, serta menghormati tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama,” kata Rd. H. Dedi Mulyadi, tokoh adat Sunda.
Respons Tokoh Agama
Tokoh agama Islam juga memiliki pandangan yang sangat positif tentang tradisi ngabuburit. Mereka menganggap ngabuburit sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran agama dan memperkuat iman di masyarakat.
“Ngabuburit adalah cara untuk meningkatkan kesadaran agama dan memperkuat iman di masyarakat. Tradisi ini juga memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat, serta menghormati tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama,” kata K.H. Dr. H. Abdul Rozak, tokoh agama Islam.
Respons Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat Sunda juga memiliki pandangan yang sangat positif tentang tradisi ngabuburit. Mereka menganggap ngabuburit sebagai cara untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat, serta menghormati tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama.
“Ngabuburit adalah cara untuk memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat. Tradisi ini juga menghormati tradisi dan adat istiadat Sunda yang telah ada sejak lama,” kata Dr. H. Dedi Sutardi, tokoh masyarakat Sunda.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ngabuburit yang dicetuskan oleh Sunan Gunungjati menjadi sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun dikakukan oleh masyarakat Sunda, Jawa Barat, setiap sore menjelang datangnya waktu adzan Maghrib. Masyarakat Sunda berjalan dan bertamasya di sore hari sambil bermain menunggu waktu berbuka puasa. Ia banyak memiliki makna dalam mempererat solidaritas sosial dan lain sebagainya.[Odie]
Demikian, semoga bermanfaat. Aamiiinnn…
Pamulang,05 -03-2025
Murodi al_Batawi