Tradisi Sahur Ramadhan di Dunia Islam; Makna, Sejarah, dan Praktiknya

Oleh : Murodi al-Batawi

Ada sebuah tradisi Ramadhan yang sudah berlangsung sangat lama dilakukan oleh umat Islam, sejak zaman Nabi saw; hingga sekarang, seperti *Makan Sahur* Makan Sahur adalah makanan yang dikonsumsi sebelum fajar, sebelum memulai berpuasa.

Pengertian Sahur dari Segi Bahas dan istilah

Kata “sahur” berasal dari bahasa Arab, yaitu “سَحَر” (sahar), yang berarti “makan sebelum fajar” atau “makan sebelum subuh”. Dalam bahasa Indonesia, kata “sahur” diartikan sebagai “makan sebelum fajar” atau “makan sebelum berpuasa”. Sedang menurut istilah Islam, sahur adalah tradisi makan sebelum fajar, yang dilakukan oleh umat Islam sebelum memulai puasa di bulan Ramadhan. Sahur adalah sunnah Rasulullah yang memiliki keutamaan dan berkah. Dalam konteks istilah, sahur memiliki beberapa pengertian, yaitu: Makan sebelum fajar, yang dilakukan oleh umat Islam sebelum memulai puasa di bulan Ramadhan.

Sejarah Tradisi Sahur dalam Islam

Pada masa Nabi Muhammad SAW, sahur adalah tradisi yang sangat penting dalam mempersiapkan diri untuk berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Makan sahur, karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari, no. 1923) Pada masa itu, sahur dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan makan roti, kurma, dan minum air. Nabi Muhammad saw juga mengajarkan para Sahabatnya untuk mengakhirkan waktu sahur, mendekati terbit fajar.

Kemudian pada masa para Sahabat, sahur tetap menjadi tradisi yang sangat penting dalam mempersiapkan diri untuk berpuasa. Para Sahabat seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman juga mengikuti tradisi sahur dengan sederhana.

Pada masa itu, sahur juga menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan. Para Sahabat akan berkumpul dan makan bersama, sambil berdiskusi tentang agama dan kehidupan.

Selanjutnya masa Tabi’in, sahur tetap menjadi tradisi yang sangat penting dalam mempersiapkan diri untuk berpuasa. Para Tabi’in seperti Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar juga mengikuti tradisi sahur dengan sederhana.

Pada masa itu, sahur juga menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan. Para Tabi’in akan berkumpul dan makan bersama, sambil berdiskusi tentang agama dan kehidupan.

Tradisi Makan Sahur di zaman kontemporer, ada sedikit perubahan, terutama terkait menu santapan Sahur. Kini sudah bisa menikmati santapan bervariasi, mulai dari kulinernya dan lain.

Pada masa kini, sahur juga menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan kekeluargaan. Banyak orang yang berkumpul dan makan bersama, sambil berdiskusi tentang agama dan kehidupan.

Makna Tradisi Sahur

Tradisi sahur memiliki beberapa makna yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam:

*Makna Spiritual* Sahur adalah persiapan spiritual untuk menghadapi hari dengan penuh semangat dan kesabaran. Kesabaran dan Ketabahan. Sahur mengajarkan umat Islam untuk menjadi lebih sabar dan tabah dalam menghadapi hari dengan penuh tantangan. Sahur adalah sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan cara memperkuat fisik dan mental.

Kemudian Makna Sosial. Sahur adalah sarana untuk memperkuat ikatan kekeluargaan dengan cara berkumpul dan makan bersama. Selain itu, Sahur juga mengajarkan Kesadaran Sosial. Sahur mengajarkan umat Islam untuk menjadi lebih peduli terhadap orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Berikutnya, Sahur adalah sarana untuk memperkuat keharmonisan dalam masyarakat dengan cara memperkuat ikatan sosial.

Makna Filosofis Sahur

Sahur adalah simbol kebenaran yang mengajarkan umat Islam untuk menjadi lebih jujur dan transparan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Sahur mengajarkan umat Islam untuk menjadi lebih sadar akan keberadaan Allah SWT dan kepentingan beribadah kepada-Nya.

Kemudian terakhir, Sahur memiliki makna Kebahagiaan. Karena, Sahur adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan hakiki dengan cara memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.

Sahur on the Toad: Sebuah Tradisi Baru Dalam Bersahur

Sahur on the road adalah tradisi baru yang mulai populer di kalangan masyarakat, terutama di kota-kota besar. Tradisi ini melibatkan kegiatan bersahur di tempat-tempat umum, seperti jalan raya, taman, atau tempat-tempat lainnya.

Sejarah Munculnya Sahur on the road

Tradisi Sahur on the Road (SOTR) ini muncul sebagai respons terhadap kesibukan dan gaya hidup modern yang membuat orang sulit untuk bersahur di rumah. Banyak orang yang memiliki jadwal yang padat dan tidak memiliki waktu untuk bersahur di rumah. Oleh karena itu, mereka memilih untuk bersahur di tempat-tempat umum yang lebih mudah dijangkau.

Cara Pelaksanaan SOTR

Tradisi Sahur on the Road ini biasanya dilakukan dengan cara berikut:

1. Membawa Makanan: Para peserta membawa makanan sahur mereka sendiri dan berkumpul di tempat yang telah ditentukan.

2. Makan Bersama: Para peserta makan bersama-sama di tempat umum, sambil berbincang-bincang dan berbagi cerita.

3. Menggunakan Peralatan yang Ramah Lingkungan: Para peserta menggunakan peralatan makan yang ramah lingkungan, seperti wadah makanan yang dapat digunakan kembali.

Manfaat SOTR

Tradisi Sahur on the Road ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Meningkatkan Kesadaran Sosial: Tradisi ini dapat meningkatkan kesadaran sosial dan kepedulian terhadap orang lain.
2. Membangun Komunitas: Tradisi ini dapat membangun komunitas dan meningkatkan rasa persatuan di antara para peserta.
3. Mengurangi Stres: Tradisi ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup dengan cara menghabiskan waktu bersama orang lain.

Tantangan SOTR

Tradisi Sahur on the Road ini juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:

1. Keterbatasan Fasilitas: Tidak semua tempat umum memiliki fasilitas yang memadai untuk bersahur.
2. Keterbatasan Waktu: Para peserta harus memiliki waktu yang cukup untuk bersahur sebelum memulai aktivitas harian.
3. Keterbatasan Keamanan: Para peserta harus memastikan keamanan dan keselamatan saat bersahur di tempat umum.

Sebagai sebuah tradisi, Sahur juga mengalami banyak transformasi, sejak zaman Nabi hingga kini. Salah satu bentuk tranformssinya adslah *Tradisi Sahur on the road,* yang terjadi pada Muslim perkotaan, yang sangat sbuk dengan berbagai sktivitas masing-masing, sehingga mereka merencanakan sebuah kegiatan Sahur bersama yang kemudian dikenal dengan istilah *Sahur on the toad.*

Respons Masyarakat atas Sahur on the road

Respons masyarakat Muslim Indonesia terhadap Sahur on the Road (SOTR) sangat beragam. Sebagian masyarakat menyambut baik kegiatan ini karena dapat memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan, terutama di kalangan remaja. Mereka menganggap SOTR sebagai kesempatan untuk berkumpul, berbagi makanan, dan melakukan kegiatan sosial seperti membagikan makanan kepada masyarakat miskin.

Namun, ada juga yang mengkritik SOTR karena dianggap dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, pemerintah telah melarang SOTR di beberapa daerah.

Dalam beberapa kasus, SOTR juga telah menyebabkan bentrokan antara peserta dan aparat keamanan. Misalnya, pada Februari 2025, terjadi bentrokan antara peserta SOTR dan polisi di Jakarta, yang menyebabkan beberapa orang terluka dan ditangkap.

Meskipun demikian, SOTR masih memiliki nilai positif, terutama dalam memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatur dan mengawasi SOTR agar dapat dilakukan dengan aman dan tertib.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa sebagai sebuah tradisi, Sahur juga mengalami banyak transformasi, sejak zaman Nabi hingga kini. Salah satu bentuk tranformssinya adslah *Tradisi Sahur on the road, _* yang terjadi pada Muslim perkotaan, yang sangat sibuk dengan berbagai aktivitas masing- masing, sehingga mereka merencanakan sebuah kegiatan Sahur bersama yang kemudian dikenal dengan istilah _*Sahur on the toad*

Demikian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.[Odie].

Pamulang 04 Maret 2025
Murodi al_Batawi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *